Data Abdi

Foto saya
"Cintai & Sayangi Keluarga Kita"

link PTC Rupiah

Sabtu, 20 Juni 2009

Puasa Rajab

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan Muharram yang artinya dimulyakan (Ada 4 bulan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulya lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram(mulya)." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah Riwayatnya al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Menurut al-Syaukani (Naylul Authar, dalam bahasan puasa sunat) ungkapan Nabi "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Adapun hadis yang Anda sebut itu, kami juga tak menemukannya. Ada beberapa hadis lain yang menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:
  • "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
  • Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
  • "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
  • Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
Hadis-hadis tersebut dha'if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Haawi lil Fataawi.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih, hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan puasa.

Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu cukup menjadi hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab

Kamis, 18 Juni 2009

Menjadi Pribadi yang Bersyukur (Dr. Attabiq Luthfi, MA)

Mereka (Para Jin) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya, di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”. (Saba’:13)

Ayat ini mengabadikan anugerah nikmat yang tiada terhingga kepada keluarga nabi Daud as sebagai perkenan atas permohonan mereka melalui lisan nabi Sulaiman as yang tertuang dalam surah Shaad: 35, “Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. Betapa nikmat yang begitu banyak ini menuntut sikap syukur yang totalitas yang dijabarkan dalam bentuk amal nyata sehari-hari.

Tampilnya keluarga Daud sebagai teladan dalam konteks bersyukur dalam ayat ini memang sangat tepat, karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda:

“Shalat yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangun sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai oleh Allah juga adalah puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan begitu seterusnya”.

Bahkan dalam riwayat Ibnu Abi Hatim dari Tsabit Al-Bunani dijelaskan bagaimana nabi Daud membagi waktu shalat kepada istri, anak dan seluruh keluarganya sehingga tidak ada sedikit waktupun, baik siang maupun malam, kecuali ada salah seorang dari mereka sedang menjalankan shalat. Dalam riwayat lain yang dinyatakan oleh Al-Fudhail bin Iyadh bahwa nabi Daud pernah mengadu kepada Allah ketika ayat ini turun. Ia bertanya: “Bagaimana aku mampu bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itupun nikmat dari Engkau? Allah berfirman, “Sekarang engkau telah bersyukur kepadaKu, karena engkau mengakui nikmat itu berasal daripada-Ku”.

Keteladanan nabi Daud yang disebut sebagai objek perintah dalam ayat perintah bersyukur di atas, ternyata diabadikan juga dalam beberapa hadits yang menyebut tentang keutamaan bekerja. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang itu makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri. Karena sesungguhnya nabi Daud as senantiasa makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”

Bekerja yang dilakukan oleh nabi Daud tentunya bukan atas dasar tuntutan atau desakan kebutuhan hidup, karena ia seorang raja yang sudah tercukupi kebutuhannya, namun ia memilih sesuatu yang utama sebagai perwujudan rasa syukurnya yang tiada terhingga kepada Allah swt.

Secara redaksional, yang menarik karena berbeda dengan ayat-ayat yang lainnya adalah bahwa perintah bersyukur dalam ayat ini tidak dengan perintah langsung “Bersyukurlah kepada Allah”, tetapi disertai dengan petunjuk Allah dalam mensyukuri-Nya, yaitu “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah”. Padahal dalam beberapa ayat yang lain, perintah bersyukur itu langsung Allah sebutkan dengan redaksi fi’il Amr, seperti dalam firman Allah yang bermaksud, Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”. (Al-Baqarah: 152), juga dalam surah Az-Zumar: 66, “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.

Redaksi seperti dalam ayat di atas menunjukkan bahwa esensi syukur ada pada perbuatan dan tindakan nyata sehari-hari. Dalam hal ini, Ibnul Qayyim merumuskan tiga faktor yang harus ada dalam konteks syukur yang sungguh-sungguh, yaitu dengan lisan dalam bentuk pengakuan dan pujian, dengan hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan, serta dengan seluruh anggota tubuh dalam bentuk amal perbuatan.

Sehingga bentuk implementasi dari rasa syukur bisa beragam; shalat seseorang merupakan bukti syukurnya, puasa dan zakat seseorang juga bukti akan syukurnya, segala kebaikan yang dilakukan karena Allah adalah implementasi syukur. Intinya, syukur adalah takwa kepada Allah dan amal shaleh seperti yang disimpulkan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi.

Az-Zamakhsyari memberikan penafsirannya atas petikan ayat, “Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah” bahwa ayat ini memerintahkan untuk senantiasa bekerja dan mengabdi kepada Allah swt dengan semangat motifasi mensyukuri atas segala karunia nikmat-Nya. Ayat ini juga menjadi argumentasi yang kuat bahwa ibadah hendaklah dijalankan dalam rangka mensyukuri Allah swt.

Makna inilah yang difahami oleh Rasulullah saw ketika Aisyah mendapati beliau senantiasa melaksanakan shalat malam tanpa henti, bahkan seakan-akan memaksa diri hingga kakinya bengkak-bengkak. Saat ditanya oleh Aisyah, “Kenapa engkau berbuat seperti ini? Bukankah Allah telah menjamin untuk mengampuni segala dosa-dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah (jika demikian) aku menjadi hamba Allah yang bersyukur”. (HR. Al-Bukhari).

Pemahaman Rasulullah saw akan perintah bersyukur yang tersebut dalam ayat ini disampaikan kepada sahabat Mu’adz bin Jabal ra dalam bentuk pesannya setiap selesai sholat, “Hai Muaz, sungguh aku sangat mencintaimu. Janganlah engkau tinggalkan setiap selesai sholat untuk membaca do’a, “Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa berzikir (mengingatiMu), mensyukuri (segala nikmat)Mu, dan beribadah dengan baik”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).

Dalam pandangan Sayid Qutb, penutup ayat di atas “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur” merupakan sebuah pernyataan akan kelalaian hamba Allah swt dalam mensyukuri nikmat-Nya, meskipun mereka berusaha dengan semaksimal mungkin, tetapi tetap saja mereka tidak akan mampu menandingi nikmat Allah swt yang dikaruniakan terhadap mereka yang tidak terbilang. Sehingga sangat ironis dan merupakan peringatan bagi mereka yang tidak mensyukurinya sama sekali. Dalam hal ini, Umar bin Khattab ra pernah mendengar seseorang berdo’a, “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit”. Mendengar itu, Umar terkejut dan bertanya, “Kenapa engkau berdoa demikian?” Sahabat itu menjawab, “Karena saya mendengar Allah berfirman, “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”, makanya aku memohon agar aku termasuk yang sedikit tersebut.

Ciri lain seorang hamba yang bersyukur secara korelatif dapat ditemukan dalam ayat setelahnya bahwa ia senantiasa memandang segala jenis nikmat yang terbentang di alam semesta ini sebagai bahan perenungan akan kekuasaan Allah swt yang tidak terhingga, sehingga hal ini akan menambah rasa syukurnya kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Allah swt berfirman diantaranya, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur”. (Saba’:19). Ayat yang senada dengan redaksi yang sama diulang pada tiga tempat, yaitu surah Ibrahim: 5, Luqman: 31, dan surah Asy-Syura’: 33.

Memang komitmen dengan akhlaqul Qur’an, di antaranya bersyukur merupakan satu tuntutan sekaligus kebutuhan di tengah banyaknya cobaan yang menerpa bangsa ini dalam beragam bentuknya. Jika segala karunia Allah swt yang terbentang luas dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan bersama dengan senantiasa mengacu kepada aturan Allah swt, Sang Pemilik Tunggal, maka tidak mustahil, Allah swt akan menurunkan rahmat dan kebaikanNya untuk bangsa ini dan menjauhkannya dari malapetaka, karena demikianlah balasan yang tertinggi yang disediakan oleh Allah swt bagi komunitas dan umat yang senantiasa mampu mensyukuri segala bentuk nikmat Allah swt:

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (An-Nisa’:147) Allahu A’lam.

Selasa, 16 Juni 2009

Menghafal Surah Al-Qur'an dengan mudah

Menghafal Nama-Nama Surah Al-Qur’an Dengan Mudah Dan Menyenangkan

Penulis: Syahid AbdulQodir Thohir*

LANGKAH- LANGKAH ATAU METODA

I. Menghafal nama-nama Surah dengan metoda cerita.


alhikmah.com - Metoda yang penulis buat ini sebenarnya terinspirasi dari metoda Quantum
Learning melalui pelatihan yang telah diikuti. Prinsipnya bagaimana belajar itu mudah dan
menyenangkan. Dan tidak ada salahnya kita gunakan dalam proses mengenal Al-Qur’an dari
sisi-sisi tertentu. Salah satunya adalah menghafal nama-nama surah dalam Al-Qur’an.
Mulai saat ini anda diajak untuk mengenal nama-nama surah dalam Al-Qur’an. Anda akan
dibawa keluar dari zona nyaman menuju satu pengalaman baru yang mengasyikkan. Membuat
anda sadar dan melek dari mitos-mitos yang menyesatkan tentang ghuluw atau bahkan ekstrim
yang terlalu jauh menyimpang dalam mensikapi keutamaan Al-Qur’an. Al-Qur’an dianggap
sebagai suatu yang mistik. Padahal sebenarnya Al-Qur’an itu mu’jizat. Al-Qur’an memiliki
hayawiyyah atau dinamis penuh makna.

Dan metoda berikut ini merupakan salah satu pensikapan dinamis dan unik. Bisa dinikmati
manfaatnya bagi setiap muslim yang ingin lebih akrab bermu’ayasyah ma’l qur’an dari sisi
nama-nama surahnya yang berjumlah 114 surah. Karena itu cobalah metoda ini:

a. Cara menghafal
Dalam metoda cerita ini pendekatannya melalui arti atau terjemah dari nama surah yang
berbahasa Arab. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bukan kebenaran ceritanya tetapi
bagaimana anda bisa menghafal dan mengingat nama-nama surah dalam Al-Qur’an dengan
mudah, karena cerita ini bersifat imajinatif bukan hakiki.
Cerita berikut dibuat bersifat penggalan-penggalan (per sepuluh surah kecuali surah yang ke-91
– 99 dan ke-100 sampai terakhir). Hal ini akan membantu anda mempermudah dalam
menghafal dan mengingat kembali nama-nama Surah dalam Al-Qur’an. Ingat yang dihafal
bukan ceritanya tetapi alur cerita nama-nama surah Al-Qur’an (dalam terjemah) yang tertulis
dengan huruf tebal dan kapital. Seperti: PEMBUKAAN, SAPI BETINA dan seterusnya.
Praktisnya adalah sebagai berikut:

1. Bacalah cerita tersebut (misalnya cerita I; 1-10) sambil tersenyum.
2. Boleh dibaca dalam hati atau dengan suara. Perhatikan pada kata-kata bercetak tebal
dan berikan tekanan bunyi yang berbeda dari kata yang tidak bercetak tebal.
3. Bayangkan anda sendiri sedang manjadi pelaku atau terlibat langsung dalam alur
cerita tersebut. Kalau bisa sambil membayangkan dan gerakkan anggota tubuh anda
sebagai bentuk kreasi dari imajinasi anda.
4. Tulis ulang kata-kata yang bercetak tebal sesuai yang anda ingat saja, lalu cocokkan
dan urutkan sesuai urutannya.
5. Setelah anda berhasil menulis ulang kata-kata yang bercetak tebal, dengan melihat
kata-kata tersebut cobalah anda mengulang (mengingat) kembali alur ceritanya tanpa
harus sama persis.
6. Berikutnya anda melihat grafik kata-kata yang bercetak tebal dan bacalah dalam
bahasa Arabnya. Ingat jangan dihafal terlebih dahulu teks arab yang ditulis dengan
huruf latin tersebut (hal tersebut akan dibahasa tersendiri).

b. Cara Mengingat ulang

Bila anda lupa dengan nama surah tertentu, misalnya saja anda lupa dengan nama Surah ke-
13, maka langsung saja anda mengingat-ingat alur cerita tersebut. Dimulai dari urutan surah
yang ke-11 yaitu HUD. Maka anda akan teringat bahwa HUD dan YUSUF disambar PETIR.
Secara otomatis dalam hitungan menit atau bahkan detik, anda akan dengan cepat
mengingatnya kembali bahwa surat yang ke-13 adalah Surah PETIR (yang Bahasa Arabnya AR
RA’D). Menyenangkan bukan?
Selamat mencoba dan menikmati. Semoga anda benar-benar puas.

c. Tekhnis Menghafal


Berikut ini teknis dan cara menghafal nama-nama surah dengan metoda cerita yang dibagi
dalam 11 bagian (cerita) agar memudahkan kita dalam penguasaan maksimal dan cepat.

Cerita I (Surah 1 – 10)
Aku membaca Al-Qur’an dimulai dengan PEMBUKAAN. Kebetulan waktu itu tetanggaku
sedang memotong SAPI BETINA untuk KELUARGA IMRAN yang punya anak wanita bernama
AN NISA. Ia lapar makan HIDANGAN, sisanya ia berikan untuk BINATANG TERNAK yang
berkandang di TEMPAT-TEMPAT YANG TINGGI, di sana dibagikan HARTA RAMPASAN
PERANG yang dilakukan setelah TAUBAT seperti taubatnya YUNUS

1 PEMBUKAAN AL FATIHAH
2 SAPI BETINA AL BAQOROH
3 KELUARGA IMRAN AL IMRON
4 AN NISA (WANITA) AN NISA
5 HIDANGAN AL MAIDAH
6 BINATANG TERNAK AL AN ‘AM
7 TEMPAT-TEMPAT YANG TINGGI AL A’ ROF
8 HARTA RAMPASAN PERANG AL ANFAL
9 TAUBAT AT TAUBAH
10 YUNUS YUNUS


Cerita II (Surah 11 – 20)
HUD dan YUSUF disambar PETIR sementara itu IBRAHIM sedang berada di PEGUNUNGAN
HIJR tempat dimana LEBAH memulai PERJALANAN MALAM menuju ke GUA tempat
bersembunyinya MARYAM dan TOHA.

11 HUD HUD
12 YUSUF YUSUF
13 PETIR AR RA’D
14 IBRAHIM IBRAHIM
15 PEGUNUNGAN HIJR AL HIJR
16 LEBAH AN NAHL
17 PERJALANAN MALAM AL ISRO
18 GUA AL KAHFI
19 MARYAM MARYAM
20 TOHA TOHA


Cerita III (Surah 21 – 30)
PARA NABI pergi HAJI diikuti oleh ORANG-ORANG BERIMAN berpakain putih-putih sehingga
laksana CAHAYA yang menjadi PEMBEDA ANTARA YANG BENAR DAN BATHIL seperti
ceritanya PARA PENYAIR tentang SEMUT dalam buku KISAH-KISAH dan juga tentang LABALABA
yang menyerang BANGSA ROMAWI.

21 PARA NABI AL ANBIYA
22 HAJI AL HAJJ
23 ORANG-ORANG BERIMAN AL MU’MINUN
24 CAHAYA AN NUR
25 PEMBEDA ANTARA YANG BENAR DAN BATHIL AL FURQON
26 PARA PENYAIR ASY SYU ‘ARO
27 SEMUT AN NAML
28 KISAH-KISAH AL QOSHOSH
29 LABA-LABA AL ‘ANKABUT
30 BANGSA ROMAWI AR RUM


Cerita IV (Surah 31 – 40)
LUKMAN tidak berSUJUD di kaki GOLONGAN YANG BERSEKUTU dengan KAUM SABA’
yang tidak beriman kepada Yang Maha PENCIPTA. Sementara itu YASIN menyiapkan orang
YANG BERSHAF-SHAF membentuk huruf SHOD dengan ROMBONGAN-ROMBONGAN
untuk memohon kepada YANG PENGAMPUN dari kesalahan LAKI-LAKI MUKMIN.

31 LUKMAN LUQMAN
32 SUJUD AS SAJDAH
33 GOLONGAN YANG BERSEKUTU AL AHZAB
34 KAUM SABA’ SABA’
35 PENCIPTA FATHIR
36 YASIN YASIN
37 YANG BERSHAF-SHAF ASH SHOOFFAT
38 SHOD SHOD
39 ROMBONGAN-ROMBONGAN AZ ZUMAR
40 YANG PENGAMPUN/LAKI-LAKI MUKMIN GHOFIR/AL MUKMIN

Cerita V (Surah 41 - 50)

YANG DIJELASKAN dalam MUSYAWARAH itu tentang hukum PERHIASAN bukan tentang
KABUT membawa orang YANG BERLUTUT di BUKIT-BUKIT PASIR, saat MUHAMMAD
mendapat KEMENANGAN ditandai dengan KAMAR-KAMAR bertuliskan huruf QOF.

41 YANG DIJELASKAN FUSHSHILAT
42 MUSYAWARAH ASY SYURA
43 PERHIASAN AZ ZUKHRUF
44 KABUT AD DUKHAN
45 YANG BERLUTUT AL JATSIYAH
46 BUKIT-BUKIT PASIR AL AHQOF
47 MUHAMMAD MUHAMMAD
48 KEMENANGAN AL FATH
49 KAMAR-KAMAR AL HUJURAT
50 QOF QOF

Cerita VI (Surah 51 – 60)

ANGIN YANG MENERBANGKAN menghembus ke BUKIT saat BINTANG dan BULAN
bersinar sebagai bukti kuasa YANG MAHA PEMURAH yang akan mendatangkan HARI
KIAMAT menghancurkan BESI pada saat WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN
mengalami PENGUSIRAN sebagaimana menimpa PEREMPUAN YANG DIUJI.

51 ANGIN YANG MENERBANGKAN ADZ DZARIYAH
52 BUKIT ATH THUR
53 BINTANG AN NAJM
54 BULAN AL QOMAR
55 YANG MAHA PEMURAH AR RAHMAN
56 HARI KIAMAT AL WAQI ‘AH
57 BESI AL HADID
58 WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN AL MUJADILAH
59 PENGUSIRAN AL HASYR
60 PEREMPUAN YANG DIUJI AL MUMTAHANAH
Cerita VII (Surah 61 – 70)

BARISAN
orang beriman pada HARI JUM’AT berbeda dengan ORANG-ORANG MUNAFIK
saat HARI DITAMPAKAN KESALAHAN-KESALAHAN orang yang suka TALAK dalam
pernikahan dan Allah MENGHARAMKAN pelimpahan KERAJAAN secara tertulis dengan
PENA pada HARI KIAMAT yang tidak ada lagi TEMPAT-TEMPAT NAIK bagi amal sholih.

61 BARISAN ASH SHOF
62 HARI JUM’AT AL JUMU’AH
63 ORANG-ORANG MUNAFIK AL MUNAFIQUN
64 HARI DITAMPAKAN KESALAHAN-KESALAHAN AL TAGHOBUN
65 TALAK ATH THOLAQ
66 MENGHARAMKAN AT TAHRIM
67 KERAJAAN AL MULK
68 PENA AL QOLAM
69 HARI KIAMAT AL HAAQQAH
70 TEMPAT-TEMPAT NAIK AL MA ‘ARIJ
Cerita VIII (Surah 71 – 80)

NUH
diganggu JIN saat ORANG YANG BERSELIMUT dan ORANG YANG BERKEMUL
tertidur pulas tidak menyadari datangnya KIAMAT ketika MANUSIA didatangkan MALAIKAT
YANG DIUTUS menyampaikan BERITA BESAR tentang kematian yang dibawa MALAIKAT-MALAIKAT
YANG MENCABUT nyawa sedangkan IA BERMUKA MASAM.

71 NUH NUH
72 JIN AL JINN
73 ORANG YANG BERSELIMUT AL MUZAMMIL
74 ORANG YANG BERKEMUL AL MUDATSTSIR
75 KIAMAT AL QIYAMAH
76 MANUSIA AL INSAN
77 MALAIKAT YANG DIUTUS AL MURSALAT
78 BERITA BESAR AN NABA’
79 MALAIKAT-MALAIKAT YANG MENCABUT AN NAZI ‘AT
80 IA BERMUKA MASAM ‘ABASA
Cerita IX (Surah 81 – 90)

Gempa MENGGULUNG bumi hingga TERBELAH dan ORANG-ORANG YANG CURANG pun
ikut TERBELAH hancur lebur menjadi GUGUSAN BINTANG diantaranya bintang YANG
DATANG DI MALAM HARI atas kuasa YANG PALING TINGGI pada HARI PEMBALASAN
tidak akan muncul FAJAR di NEGERI manapun.

81 MENGGULUNG AT TAKWIR
82 TERBELAH AL INFITHOR
83 ORANG-ORANG YANG CURANG AL MUTHOFFIFIN
84 TERBELAH AL INSYIQOQ
85 GUGUSAN BINTANG AL BURUJ
86 YANG DATANG DI MALAM HARI ATH THORIQ
87 YANG PALING TINGGI AL A ‘LA
88 HARI PEMBALASAN AL GHOSYIYAH
89 FAJAR AL FAJR
90 NEGERI AL BALAD
Cerita X (Surah 91 – 99)

MATAHARI tenggelam saat MALAM tiba hingga datang WAKTU DHUHA Allah
MELAPANGKAN rizki dan menumbuhkan BUAH TIN untuk manusia yang berasal dari
SEGUMPAL DARAH tanpa KEMULIAAN sedikit pun sebagai BUKTI akan terjadi
KEGONCANGAN dunia.

91 MATAHARI ASY SYAMS
92 MALAM AL LAIL
93 WAKTU DHUHA ADH DHUHA
94 MELAPANGKAN AL INSYIROH
95 BUAH TIN AT TIN
96 SEGUMPAL DARAH AL ‘ALAQ
97 KEMULIAAN AL QODR
98 BUKTI AL BAYYINAH
99 KEGONCANGAN AZ ZALZALAH
Cerita XI (Surah 100 – 114)

KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG pada HARI KIAMAT tidak lagi untuk
BERMEGAH-MEGAHAN pada MASA itu si PENGUMPAT diinjak-injak GAJAH milik SUKU
QURAISY tanpa menyisakan BARANG-BARANG YANG BERGUNA sedikit pun, apalagi
NI’MAT YANG BANYAK semuanya pergi dari ORANG-ORANG KAFIR tanpa mendapat
PERTOLONGAN dari GEJOLAK API yang membakar karena tidak MEMURNIKAN KEESAAN
ALLAH yang sejak WAKTU SUBUH semua MANUSIA telah melaksankannya.

100 KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG AL ‘ADIYAT
101 HARI KIAMAT AL QORI ‘AH
102 BERMEGAH-MEGAHAN AT TAKATSUR
103 MASA AL ‘ASHR
104 PENGUMPAT AL HUMAZAH
105 GAJAH AL FI-L
106 SUKU QURAISY QURAISY
107 BARANG-BARANG YANG BERGUNA AL MA ‘UN
108 NI’MAT YANG BANYAK AL KAUTSAR
109 ORANG-ORANG KAFIR AL KAFIRUN
110 PERTOLONGAN AN NASHR
111 GEJOLAK API AL LAHAB
112 MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH AL IKHLASH
113 WAKTU SUBUH AL FALAQ
114 MANUSIA AN NAS
*Penulis adalah guru tahsin-tahfidh di LTQ Al-Hikmah dan SMP SMART Ekselensia Indonesia
(DD Republika)